Makna Rahinan Tumpek Landep yang Dirayakan Setiap 210 Hari Sekali

Mengasah ketajaman pikiran

banner 468x60

Pawisikbali.com – Denpasar, Bali dikenal sebagai pulau dengan seribu pura, di mana tradisi dan budaya yang ada saling berpadu dengan ajaran Hindu. Sebagai mayoritas pemeluk agama Hindu, masyarakat Bali memiliki sebuah tradisi yang disebut Tumpek Landep. Perayaan ini merupakan bentuk pemujaan kepada Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati, yang diyakini sebagai dewa taksu. Tumpek Landep sendiri merupakan bagian dari rangkaian perayaan setelah Hari Raya Saraswati, di mana umat Hindu mengungkapkan rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.

Makna Tumpek Landep

Tumpek Landep diperingati setiap 210 hari sekali, tepatnya pada Saniscara (hari Sabtu) Kliwon wuku Landep dalam kalender Bali. Kata “Tumpek” berasal dari gabungan kata “Metu” yang berarti bertemu dan “Mpek” yang berarti akhir, sehingga dapat diartikan sebagai pertemuan antara wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, di mana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara. Sementara itu, “Landep” berarti tajam atau runcing, sehingga dalam perayaan ini juga dilakukan upacara untuk benda pusaka yang memiliki ketajaman seperti keris.

banner 336x280

Seiring perkembangan zaman, pengertian “senjata tajam” menjadi lebih luas, mencakup tidak hanya keris atau tombak, tetapi juga benda-benda buatan manusia yang mempermudah kehidupan, seperti sepeda motor, mobil, mesin, dan komputer. Meskipun benda-benda tersebut diberkati dalam upacara, bukan berarti umat Hindu menyembahnya. Perayaan ini merupakan wujud rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasi Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati atas anugerah yang diberikan sehingga benda-benda tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Filosofi Tumpek Landep

Makna filosofis dari Tumpek Landep terletak pada kata “Landep,” yang berarti ketajaman dalam berpikir. Perayaan ini menjadi momen refleksi bagi umat Hindu untuk mempertajam pikiran, citta, budhi, dan manah agar selalu bertindak dengan kejernihan berdasarkan nilai-nilai agama. Dengan pikiran yang jernih dan tajam, seseorang mampu membedakan antara yang baik dan buruk.

Tumpek Landep juga menjadi kesempatan untuk introspeksi diri agar dapat memperbaiki karakter sesuai dengan ajaran agama. Pada hari ini, umat dianjurkan untuk bersembahyang di sanggah, merajan, atau pura, serta memohon berkah kepada Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati agar diberi ketajaman pikiran sehingga bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, pusaka warisan leluhur juga dibersihkan dan disucikan sebagai bagian dari perayaan.

Menurut Dharma Wacana yang disampaikan oleh Ida Pedanda Gede Made Gunung, sebenarnya lebih tepat jika upacara bagi kendaraan dan peralatan kerja dilakukan pada Tumpek Kuningan. Tumpek Kuningan merupakan hari yang didedikasikan untuk bersyukur atas sarana dan prasarana yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, serta untuk memohon agar benda-benda tersebut dapat berfungsi dengan baik tanpa membahayakan penggunanya.

Dengan demikian, inti dari Tumpek Landep yang tidak boleh dilupakan adalah pentingnya mempertajam pikiran (manah), budhi, dan citta. Dengan ketajaman tersebut, diharapkan umat Hindu mampu melawan kebodohan, menghindari kegelapan serta kesengsaraan, serta mengendalikan sifat-sifat negatif (buthakala) dalam diri.

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

News Feed